Sabtu, 24 September 2011

PROFESI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROFESI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Dalam konteks
Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional
Oleh
Prof.Dr.H.Djam’an Satori,MA
Jurusan Administrasi Pendidikan


Pendahuluan

Kajian terhadap Ilmu Administrasi Pendidikan di perguruan tinggi di Indonesia dapat dikatakan relative baru, yaitu dimulai dalam dekade tahun 1960. Kebutuhan kajian Ilmu Administrasi Pendidikan dituntut oleh semakin kompleksnya penyelenggaraan pendidikan nasional yang menuntut bukan saja kinerja efektivitas dan efisiensi, namun akuntabilitas public yang semakin kuat. Sejak dimulainya pendekatan pembangunan Negara yang terencana dalam bentuk pembangunan lima tahunan di tahun 1970-an profesionalisme penyelenggara pendidikan baik pada tingkat struktural maupun satuan pendidikan semakin dirasakan. Ketiadaan amalan administrasi pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional akan berdampak terhadap rendahnya mutu kinerja para pengelola pendidikan yang selanjutnya berakibat pada rendahnya mutu pendidikan.
Tuntutan profesionalisme administrasi lebih dahulu terjadi di dunia business (business administration). Para pakar manajemen business melaporkan bahwa dekade 1980-an merupakan era di mana negara-negara barat sedang giat-giatnya mencari gaya (style) manajemen untuk menjawab tantangan gaya manajemen Jepang yang telah menunjukkankan keunggulan sejak tahun 1970-an. Dalam dunia business, tahun 1980-an dipandang sebagai peristiwa dimana gagasan dan pemikiran manajemen mempengaruhi tata kerja dan sendi-sendi kehidupan, seperti kenyamanan, kecepatan, ketepatan, dan aksesibilitas. Keadaan tersebut belum pernah terjadi sebelumnya di negara-negara Barat. Kompetisi di dunia usaha dalam skala global belum pernah terjadi sehebat di tahun 1980-an. Pertumbuhan besar-besaran dalam perdagangan internasional dan penanaman modal telah menumbuhkan kegiatan perbankkan dan keuangan sampai pada tingkat yang sangat peka bagi terjadinya perubahan mendadak sebagai akibat dari persaingan yang tajam. Ketidak hati-hatian dalam kompetisi yang semakin terbuka lintas Negara dapat membahayakan manajemen keuangan dan perbankkan seperti terjadi di Indonesia pada tahun 1998 yang yang berdampak pada terjadinya multi krisis. Fenomena tersebut terjadi dalam manajemen bisnis.
Perilaku penting dalam dunia bisnis adalah persaingan. Persaingan merupakan azas utama untuk memperoleh profit. Persaingan memicu kreativitas dan inovasi dari para pelakunya. Nilai persaingan dibangun untuk mengejar norma quality first, customer satisfaction and loyalty. Nilai-nilai seperti itu kurang mendapat perhatian dalam penyelenggaraan pendidikan. Sekalipun penyelenggaraan pendidikan tidak berorientasi pada monetary profit, namun hasil investasi pendidikan diwujudkan dalam bentuk well-educated people yang sangat diperlukan dalam kehidupan Negara yang semakin bermartabat .
Perilaku kompetitif ditujukan untuk memperoleh predikat saya atau kami yang terbaik. Untuk memenuhi kondisi itu, maka kemudian dikembangkan budaya right fisrt time and every time melalui program continuous quality improvement. Inovasi dan kreativitas dalam manajemen bisnis dibangun melalui riset pasar, mempelajari perilaku kastemer, mempraktekan manajemen dan perencanaan stratejik, dan membangun organisasi pembelajar (learning organization). Itulah organisasi yang berorientasi pada laba (profit oriented).
Kompetisi tunggal (one-to-one) dalam dunia bisnis telah melahirkan keunggulan produk dan jasa, namun menimbulkan kekhawatiran akan praktek-praktek yang melanggar etika business, seperti perebutan manager sukses dan professional yang sangat berprestasi. Dalam jangka panjang kondisi tersebut melahirkan prasangka, kecurigaan, kecurangan, yang menghabiskan energy untuk maksud-maksud yang tidak sehat. Kebutuhan dirasakan untuk membangun sinergik dalam bentuk aliansi, yaitu bentuk-bentuk kesepatan kolaborasi dalam disain produk, penerapan teknologogi, segmen pasar, dan pemasarannya. Dalam sistuasi tersebut terjadi mutual thrust and benefit. Dengan kata lain membangun nilai kebersamaan untuk mewujudkan kebersamaan dalam kesejahteraan.
Paparan pemikiran di atas dimaksudkan untuk menggugah pemikiran dalam membangun manajemen pendidikan sebagai pekerjaan profesional dalam perspektif global. Nilai-nilai pendidikan apa yang dapat kita jadikan dasar untuk memicu inovasi dan kreativitas dalam praktek manajemen pendidikan, yang pada kenyataannya bersifat universal. Pengamatan penulis melalui literatur administrasi/manajemen pendidikan sejak tahun 1980-an menunjukkan bahwa gagasan-gagasan pengembangan manajemen pendidikan bersumber pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian dari bidang administrasi/manajemen bisnis.

Administrasi Pendidikan sebagai Profesi

Dalam berbagai kajian internasional tidak lagi dipertentangkan pandangan tentang profesi administrasi pendidikan. Dukungan konsep, teori, dan validasi empiric telah menjadi kebutuhan bagi pengelola pendidikan yang menempatkan pendidikan sebagai tanggung jawab penting pemerintah untuk mencerdaskan warga Negara. Administrasi pendidikan adalah bidang kajian yang menempatkan segmen kajian memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Mutu pendidikan pada dasarnya terletak dalam layanan belajar yang bermutu. Quality education means quality learning. Dalam posisi tersebut administrasi pendidikan diartikan sebagai disiplin ilmu yang mempelajari kegiatan sekkelompok orang yang sistematik dalam satu system sosial tertentu un tuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya untuk menghasilkan produktivitas pendidikan:

1. Produktivitas pendidikan difahami dalam konteks menghasilkan well-educated people yang harus dirumuskan dalam indikator-indikator output dan outcome system pendidikan. Indikator output (lulusan atau keluaran) dalam lingkungan persekolahan dirumuskan dalam bentuk kemampuan yang dimiliki lulusan menurut jenjang dan jenis sekolah. Indikator outcome dirumuskan dalam bentuk sosok individu yang diinginkan oleh pihak yang berkepentingan.
2. Sumber daya pendidikan adalah segala potensi yang diperlukan untuk menyelenggarakan layanan belajar yang bermutu. Fokus perhatian di sini mencakup ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan, sarana-prasarana pendidikan, biaya pendidikan, dan penerapan teknologi.
3. Perilaku dan tindakan administratif dalam penyelenggaraan pendidikan mencakup pengambilan keputusan, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengarahan, serta pengawasan.
4. Kebijakan pendidikan menyangkut hal-ihwal yang diperlukan untuk mewujudkan “good governance” dalam manajemen sistem penyelengaraan pendidikan. Hal ini berkaitan dengan peratufran dan perundangan yang berlaku. Para pelajar administrasi pendidikan peduli terhadap pemahaman dan implementasi yang kon sisten peraturan perundangan yang mengikat pelaku penyelenggara pendidikan pada semua tingkatan.
5. Sistem nilai berkaitan dengan adaptabilitas terhadap system nilai (local wisdom ) masyarakat setempat.

Perubahan-perubahan yang mendukung Profesi Administrasi Pendidikan.

Terobosan (breakthrough) di bidang komputer dan teknologi komunikasi telah menyebabkan terjadinya perubahan struktur perekonomian dan mengubah sifat hubungan serta tata kerja orang-orang di dalamnya. Kebutuhan akan manajemen profesional semakin mendesak. Tuntutan tersebut dirasakan pula di negara-negara Asia, seperti Indonesia. Di dunia bisnis, pertumbuhan manajemen profesional telah menyebabkan terjadinya pemindahan pengelolaan perusahaan. Bisnis yang semula ditangani oleh keluarga melahirkan kebutuhan ditangani orang-orang profesional. Gerakan dalam bidang manajemen tersebut, pada dasarnya berisi kecenderungan pemikiran tentang hal-hal berikut :
1. Manajemen ilmiah yang berkembang pasca revolusi industri, menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kecakapan dan karakteristik personil yang sesuai dengan norma dan budaya organisasi, pekerjaan, dan spesifikasi tugas. Gerakan ini diikuti oleh pandangan baru yang menganggap pentingnya kepuasan kerja. Kepuasan kerja yang sejati merupakan akibat dari hasil pekerjaan yang bermutu sebagai akibat dari pengerjaan yang benar. Dalam kondisi tersebut, kepuasan kerja yang dialami pegawai akan memungkinkan dicapai produktivitas organisasi yang tinggi. Sebaliknya, kepuasan yang menekankan pada perolehan upah semata, merupakan kepuasan semu. Pendekatan yang perlu dilakukan pimpinan adalah bagaimana memberikan kesempatan kepada para pegawai untuk mewujudkan seluruh potensi yang dimilikinya mendapatkan kepuasan dalam pekerjaan sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang bermutu.
2. Lahirnya pengakuan bahwa manajer itu perlu dibentuk, bukan dilahirkan. Sukses yang diraih manajemen diyakini sebagai hasil belajar, bukan kecakapan yang dilahirkan. Manajer yang sukses merupakan hasil belajar. Oleh karena itu, pembentukan manajer profesional harus dirancang melalui program-program latihan. Profesionalisasi dalam manajemen menuntut pemahaman akan teori, konsep dan wawasan sebagai dasar tindakan para manajer.
3. Munculnya pengakuan bahwa para pegawai itu bukan semata dipandang sebagai orang-orang rasional, akan tetapi mereka juga adalah mahluk sosial. Para pegawai adalah manusia yang menginginkan pengakuan dan kesempatan untuk menikmati kepuasan yang diperoleh dari afiliasi sosial dengan orang-orang lain di lingkungan pekerjaannya. Pimpinan hendaknya dapat memberi makna pekerjaan terhadap para pegawai, sebab pekerjaan merupakan aspek kehidupan penting yang dapat memberi arti pada kehidupan seseorang. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus memiliki kecakapan dalam hubungan antar manusia dan dinamika kelompok.
4. Perlunya peningkatan kemampuan pemimpin dalam memecahkan masalah. Organisasi yang maju ditandai oleh tantangan selalu hadirnya persoalan-persoalan baru yang perlu ditangani dengan cara-cara baru. Sebagai konsekuensinya, para pemimpin dituntut untuk menguasai kecakapan mengambil keputusan, baik keputusan manajerial operatif sehari-hari maupun keputusan stratejik. Kemampuan mendefinisikan masalah, memilih asusmsi yang tepat, merumuskan alternatif tindakan, menetapkan kriteria untuk memilih alternatif yang terbaik, melaksanakan alternatif, serta memonitor implementasinya, merupakan kecakapan yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin profesional.
5. Lahirnya keyakinan bahwa organisasi hadir untuk melayani dan memberi kepuasan kepada clients. Para pegawai hendaknya memiliki kesadaran yang kuat bahwa mereka bekerja karena ada yang dilayani dan untuk memberi pelayanan. Sikap seperti ini harus menjadi kepememilikan. Dalam iklim kerja seperti itu, aktualisasi diri lahir dari kepuasan yang dirasakan dalam melakukan sesuatu yang terbaik bagi clients, dan dengan sendirinya bagi produktivitas organisasi. Hal demikian itu akan melahirkan komitmen yang kuat terhadap organisasi.
6. Globalisasi menempatkan organisasi apapun sebagai bagian dari lingkungan yang lebih luas, yang harus berinteraksi dan melaksanakan fungsinya secara tepat. Dalam konteks globalisasi, organisasi apapun harus meningkatkan kemampuannya untuk berkompetisi. Berkompetisi berarti meningkatkan mutu pelayanan dan mutu produk.
Isu sentral dari perubahan-perubahan tersebut pada intinya adalah perkembangan ke arah memperkuat prosisi profesionalisme dalam berbagai segmen pekerjaan, termasuk profesionalisme manajemen pendidikan.


Penguatan Kajian Administrasi Pendidikan

Globalisasi atau kesejagatan adalah istilah yang menjelaskan fenomena dunia tanpa batas. Fenomena ini merupakan konsekuensi dari kemajuan luar biasa di bidang teknologi komunikasi dan informasi. Kebijakan dan keputusan-keputusan strategis internasional dan regional, bahkan nasional suatu negara (adikuasa) misalnya, mempunyai pengaruh terhadap pemunculan isu-isu strategis suatu negara. Bahkan, direncanakan atau tidak direncanakan, senang atau tidak senang, mau atau tidak mau, dan siap atau tidak siap, pengaruh-pengaruh tadi akan terjadi dan dirasakan, dan oleh karenanya harus diperhitungkan. Contoh yang paling mutakhir dan masih kita rasakan pengaruhnya adalah masalah di bidang moneter.
Kompetisi internasional yang dimunculkan dalam bentuk isu keunggulan kompetitif dan komparatif merupakan tantangan dalam dunia industri dan bisnis. Kondisi tersebut melahirkan organisasi standar mutu internasional (International Standard Organization), yang dibentuk untuk menjamin validitas dan reliabilitas mutu produk bagi konsumsi internasional. Gejala seperti itu akan mempunyai pengaruh yang tidak terbatas dalam pengembangan industri dan bisnis semata, akan tetapi juga bagi pengembangan format diplomatik, pertahanan dan keamanan, kebudayaan, dan pendidikan. Untuk memenangkan atau setidak-tidaknya mengimbangi kompetisi dalam pembangunan bangsa, maka pemikiran dan antisipasi terhadap kecenderungan dan corak kehidupan masa datang merupakan konsekuensi logis.
Sikap apriori kadangkala tercermin dalam memandang isu globalisasi. Globalisasi dipersepsi dari dampak negatif semata, seperti pengaruh budaya barat yang berbeda dengan tatanan budaya timur. Isu globalisasi hendaknya difahami secara rasional dan realistik. Kemajuan dalam bidang iptek, disiplin dan etos kerja yang ditunjukkan sebagai prestasi yang terjadi di negara-negara maju hendaknya ditempatkan sebagai pengaruh positif yang sangat penting untuk dipelajari.
Manajemen pendidikan bergerak dalam proses penyelenggaraan pendidikan berkepentingan dengan menjamin penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dengan pengelolaan yang efisien. Pengembangan teori dan praktek manajemen pendidikan terjadi di mana-mana, di semua negara. Dalam konteks ini, perspektif globalisasi dalam manajemen pendidikan bisa diposisikan dalam wilayah kajian sebagai berikut :
Pertama, wilayah kajian filsafat ilmu administrasi pendidikan. Ilmu dan metodologinya merupakan bidang kajian universal. Ada tiga gugus masalah yang harus dijawab : (1) Hakikat apa yang dikaji oleh ilmu administrasi pendidikan (ontologi), (2) Bagaimana cara yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar dalam wilayah kajian administrasi pendidikan (epistemologi), dan (3) Apa manfaat utama ilmu administrasi pendidikan (axiologi). Para ahli filsafat ilmu terus mengingatkan bahwa fenomena kehidupan itu sangat kompleks. Pada prinsipnya gugus fenomena itu terdiri dari fenomena alam yang menjadi kajian Ilmu Pengetahuan Alam dan fenomena kehidupan manusia yang menjadi kajian Ilmu Pengetahuan Sosial. Ilmu Administrasi Pendidikan tergolong kajian ilmu-ilmu sosial. Sebagaimana halnya ilmu-ilmu sosial lainnya, maka upaya menemukan kebenaran dan penerapannya dalam ilmu administrasi pendidikan berlaku in what conditions. Administrasi Pendidikan adalah bidang kajian yang mempelajari bagaimana upaya untuk mencapai produktivitas pendidikan, dengan memobilisasi sumber-sumber daya yang tersedia melalui penciptaan suasana kerja yang kondusif dan bermartabat. Untuk memperhitungkan in what conditions, pengembangan ilmu admin istrasi pendidikan harus disertai asumsi-asumsi pengembangannya.
Kedua, wilayah kajian teori dan praktek pendidikan. Wilayah kajian ini berkaitan dengan filsafat dan tujuan pendidikan. Bagaimana nilai-nilai kebenaran yang ingin diwujudkan pada manusia sebagai subyek pendidikan. Apakah rumusan tujuan pendidikan seperti tercantum dalam UU no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dianggap memadai sebagai referensi untuk mewujudkan sosok manusia Indonesia. Bagaimana elaborasi tujuan tersebut dikaitkan dengan lingkungan pendidikan (keluarga, sekolah dan masyarakat) serta tingkat dan jenis pendidikan (taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan perguruan tinggi). Bagaimana negara-negara lain melakukan jaminan bahwa referensi nilai atau teori pendidikan yang dianut dapat diwujudkan dalam praktek pendidikan mereka. Admin istrasi pendidikan berkepentingan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan bagaimana proses belajar dilakukan dengan benar. Ilmu Administrasi Pendidikan dikembangkan dan dilaksanakan atas keyakinan bahwa teori dan praktek pendidikan (pembelajaran) yang dilakukan oleh suatu negara merupakan realisasi dari teori yang benar.
Ketiga, wilayah kajian Sistem Pendidikan. Dalam berbagai kajian regional dan internasional pasca krisis moneter, kinerja sistem pendidikan nasional kita menunjukkan peringkat keterpurukkan, yang memberi isyarat bahwa ada sesuatu yang salah. Permasalahan sesungguhnya bisa diperjelas manakala kita mempersoalkan business core sistem pendidikan nasional, yaitu kegiatan belajar-mengajar. Mutu kegiatan belajar-mengajar ditentukan oleh kinerja profesional guru (yang dapat dikaji dari aspek kompetensi, komitmen, motivasi, kreativitas). Profesionalisme guru berkaitan dengan mutu pendidikan pra-jabatan guru. Mutu pendidikan pra-jabatan ditentukan terutama oleh mutu input calon guru dan pembinaan karakter profesi selama mengikuti pendidikan. Sementara itu, menurut teori motivasi (expectation theory), mutu input pendidikan pra-jabatan guru berkaitan dengan expektasi kompensasi yang akan diterima. Dalam lima tahun terakhir terjadi perubahan fenomena sebagai akibat dari implementasi Undang-Undang Guru dan Dosen, yang mengatur pendidikan profesi guru serta hak-haknya bagi guru bersertifikasi. Input calon mahasiswa lembaga penduidikan tenaga kependidikan menunjukkan prediksi profesi guru yang lebih baik. Persepktif internasional, khususnya di negara-negara maju, menunjukkan bahwa perhatian terhadap martabat guru merupakan prasyarat untuk meningkatkan kinerja sistem pendidikan.
Administrasi pendidikan sebagai “alat” pendukung kinerja sistem di masa depan diperkuat oleh mutu kehidupan kerja guru yang lebih baik.

Keempat, wilayah kajian profesionalisme manajer pendidikan. Prinsip the right men in the right position bukan konsep baru. Sejak kajian teori birokrasi, konsep ini telah mendapat penerimaan dalam praktek. Kajian profesionalisme administrasi pendidikan dapat dipilah ke dalam dua level, yaitu building level untuk posisi kepala sekolah dan strcture level untuk posisi manajemen sistem pendidikan, yaitu jabatan-jabatan pada tingkat kantor dinas pendidikan kabupaten/kota, propinsi dan pusat. Kepala sekolah merupakan posisi kunci bagi kemajuan sekolah, school principal makes the difference, yang mengandung arti bahwa seorang kepala sekolah dengan kinerja baik dapat menjadikan sekolah tampil beda. Di negara maju manapun, posisi manajer sekolah mendapat perhatian serius dari aspek kebijakan. Posisi jabatan headmaster ini dilindungi dari kemungkinan diisi oleh orang yang tidak kompeten. Rekruitmen dan seleksi merupakan tahapan kritis dalam pencarian kepala sekolah, yang telah mejadi perhatian serius dan dipraktekan di negara-negara maju. Bagaimana pula dengan praktek sertifikasi kepala sekolah ditempatkan sebagai bagian perolehan kredit bagi program gelar magister pendidikan yang banyak dilakukan di negara-negara maju. Selama ini, pendidikan khusus penyiapan atau penguatan posisi kepala sekolah belum merupakan kebijakan yang mengikat jika dilihat dari kebijakan pemerintah pusat, propinsi, maupun kabupaten/kota.
Berbagai posisi jabatan manager pendidikan dalam struktur organisasi dinas pendidikan di lingkungan pemerintah daerah dan departemen pendidikan nasional belum menjadi kajian profesionalisme manajer pendidikan secara serius. Dalam praktek otonomi daerah, kondisi tersebut telah melahirkan keprihatinan. Posisi jabatan yang seharusnya dihampiri dari kacamata profesionalisme, seringkali dilihat dari kacamata kepentingan politik. Gejala ini melahirkan ketidakpuasan dari banyak pihak yang menekuni pendidikan sebagai profesi; dan yang paling membahayakan adalah dilihat dari segi persepektif pembangunan pendidikan.
Kelima, wilayah kajian pengembangan teori administrasi pendidikan. Administrasi pendidikan sebagai disiplin ilmu didukung oleh kerangka berfikir logis yang diisi oleh konsep dan teori-teori Administrasi pendidikan. Pertanyaannya adalah apakah yang dimaksud dengan teori dan konsep dalam ilmu administrasi pendidikan itu. Secara historis respon untuk mempelajarai manajemen pendidikan dilakukan oleh orang-orang yang menekuni profesi pendidikan, seperti halnya manajemen rumah sakit. “Orang-orang pendidikan” adalah mereka yang menekuni pendidikan sebagai profesi dengan “teaching profession” sebagai business core-nya. Literatur administrasi pendidikan (manajemen pendidikan) menjelaskan bahwa pengembangan teori dan konsep yang membantu pengembangan ilmu administrasi pendidikan berasal dari kajian ilmu manajemen bisnis. Fungsi-fungsi manajemen pendidikan seperti planning, organizing, actuating dan controling (POAC), atau planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, dan budgetting (POSDCORB) diperoleh dari literatur ilmu manajemen (administrasi). Demikian pula konsep-kosep kepemimpinan, teori organisasi, analisis kebijakan perencanaan, dan lain-lain diperoleh dari literatur manajemen/administrasi. Para pelajar ilm u administrasi pendidikan di masa depan harus lebih berexlorasi terhadap berbagai pemikiran yang b erkembang sebagai hasil-hasil penelitian administrasi bisnis.
Keenam, kajian penelitian administrasi pendidikan. Seperti halnya wilayah kajian teori administrasi pendidikan, kajian penelitian administrasi pendidikan belum tumbuh subur. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya motivasi dan biaya untuk melakukannya, sementara di lingkungan manajemen bisnis iklim kompetisi telah menjadi kebutuhan untuk membiayai penelitian-penelitian. Sesungguhnya, yang membedakan penelitian manajemen bisnis dan manajemen pendidikan adalah aspek filosofis, substansi dan setting kebijakan. Dengan demikian, penelitian manajemen pendidikan seharusnya terbuka untuk dilakukan oleh kelompok pendukung profesi itu (peneliti dan dosen). Literatur manajemen pendidikan (administrasi pendidikan) yang diterbitkan di Amerika Serikat, Inggeris dan Australia seringkali melaporkan hasil-hasil penelitian dalam bidang manajemen pendidikan. Pertanyaannya adalah bagaimana mengembangkan minat untuk melakukan penelitian dalam bidang manajemen pendidikan (di luar produk tesis dan disertasi). Yang harus menjadi perhatian awal adalah menemukan tema sentral penelitian yang merupakan prioritas dalam manajemen pendidikan dilihat dari ketegori basic research dan applied research.
Ketujuh, kajian ikatan atau organisasi profesi manajemen pendidikan. Ikatan profesi merupakan sekelompok orang yang berkecimpung, mengabdikan diri, dan memiliki komitmen pengembangan profesi yang bersangkutan. Pembentukan organisasi profesi manajemen pendidikan bukan sejedar deklarasi formal dan seremonial, akan tetapi memiliki roh komitmen dan pengabdian, dengan cita-cita membangun mutu kinerja praktek manajemen pendidikan yang profesional. Sesuatu yang patut disyukuri adalah bahwa profesi manajemen pendidikan telah memiliki ikatan/organisasi profesi, yaitu Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia (ISMAPI) dan wadah ICEMAL (International Conference for Educational Management, Administration, and Leadership). Organisasi sejenis di Australia adalah Australian Council for Educational Administration, di Amerika Serikat ada Asosiasi Profesor Administrasi Pendidikan disamping ada Asosiasi Administrator Sekolah. Kekuatan organisasi profesi terletak pada dukungan anggotanya. Anggota organisasi tersebut terbuka luas, bukan saja penyandang gelar/ijazah dari bidang kjeilmuan itu, namun mengakomodasi pula para administrator sekolah, administrator pendidikan dalam struktur organisasi pendidikan, para peminat menajemen pendidikan, dan mahasiswa program magister dan doktor administrasi/manajemen pendidikan.

Performance Excellence in Education
Munculnya organisasi mutu (seperti American Society for Quality) mendorong berbagai kajian untuk mengkaji standar mutu, tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Salah satu bentuk standar mutu dikembangkan untuk mengukur kinerja penyelenggaraan sekolah yaitu Baldrige Education Criteria. Dikatakan bahwa kriteria yang dirumuskan ditujukan agar sekolah mampu mencapai derajat kinerja optimum, yang dapat digunakan diberbagai jenis dan jenjang, di negara manapun. Pengembangan profesi administrasi pendidikan di Indonesia di masa depan harus menempatkan prioritas sebagai berikut :

1. Leadership Capacity
Kebutuhan ini terjadi dalam setiap tingkatan manajerial. Organizational Leadership dalam system pendidikan pada dewasa ini menuntut pre and inservice education untuk membangun pelayanan pendidikan yang bermutu sebagai bagian dari public accountability
2. Strategic Planning
a. Strategy Development
b. Strategy Deployment
3. Student, Stakeholder, Market Focus
a. Knowledge of Student, Stakeholder, and Market Needs and Expectations
b. Student and Stakeholder Relationships and Satisfaction
4. Information and Analysis
a. Measurement and Analysis of Organizational Performance
b. Information Management
5. Faculty and Staff Focus
a. Work Systems
b. Faculty and Staff Education, Training and Development
c. Faculty and Staff Well-Being and Satisfaction
6. Process Management
a. Education Design and Delivery Processes
b. Student Services
c. Support Processes
7. Organizational Performance Results
a. Student Learning Results
b. Student and Stakeholder-Focused Results
c. Budgetary, Financial, and Market Results
d. Faculty and Staff Results
e. Organizational Effectiveness Results

Kriteria kinerja pendidikan di atas dapat dipandang sebagai criteria universal yang disosialisasikkan, bahkan dikampanyekan, untuk dicoba digunakan untuk mengukur kinerja manajemen sistem sekolah di manapun.

Kesimpulan

1. Pengembangan teori dalam manajemen pendidikan pada kenyataannya banyak diperkaya dari perspektif manajemen bisnis. Kenyataan ini harus menggugah para ahli manajemen pendidikan untuk mengembangkan teori (theory building) dalam budaya keilmuan mandiri.
2. Persepektif bahasan di atas memposisikan Ilmu Manajemen/Administrasi Pendidikan merupakan bidang kajian universal. Fenomena empirik yang menjadi obyek studinya merupakan gejala (fakta) yang dapat dipelajari di manapun dalam praktek penyelenggaraan pendidikan.
3. Universalitas manajemen pendidikan dapat dikelompokkan ke dalam gugus kajian : (1) Filsafat Ilmu, (2) Validasi Teori dan Praktek, (3) Sistem Pendidikan, (4) Profesionalisme, (5) Pengembangan Teori, (6) Penelitian, dan (7) Organisasi Profesi.
4. Standar kinerja penyelenggaraan pendidikan (khususnya persekolahan) dapat dikembangkan dalam prespektif global. Demikian pula penyelenggaraan manajemen pendidikan pada dasarnya dapat diukur berdasarkan kriteria universal .
5. Kecenderungan pengelolaan sistem pendidikan di masa depan menunjukkan urgensi pendekatan profesionalisme administrasi pendidikan dalam semua tingkatan.
6. Ilmu Administrasi/Manajemen Pendidikan merupakan kajian terbuka, dinamis, dan kontekstual yang menuntut penelitian dan pengembangan berkelanjutan.